Rabu, 10 Oktober 2012

(belajar) Berkomitmen

Kemarin saya baru menamatkan novel Test Pack nya Ninit Yunita dalam waktu 2,5 jam, dan novel ini sukses membuat saya tersenyum dan menangis secara bergantian, saya memang seorang yang bisa dibilang aga cengeng..mungkin bukan cengeng ya, namun sedikit sensitif untuk beberapa hal..dalam hal ini mungkin tentang cinta..

Novel ini sendiri sudah terbit sejak tahun 2005 dan saya baru memutuskan untuk membaca nya pada tahun ini, dan saya rasa novel tersebut tepat saya baca di usia saya yang 22 tahun ini :) saya tidak akan menceritakan isi novel nya, yang ingin saya bahas adalah bagian akhir dan inti dari novel tersebut yaitu tentang komitmen..
sedikit cuplikan yang saya ambil pada bagian akhir sekaligus penutup dari novel tersebut..

"Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat, karena dia baik, dia pintar atau mungkin kaya. Tidak pernah terpikir oleh kita apa jadinya kalau dia mendadak menjadi jahat, menjadi miskin, atau sakit..
will you still love them, then?
that's why you need commitment.
dont love someone because of what/who/how they are..

from now on,
start loving someone,
because you want to.."

well, inti nya sih tentang komitmen, kalau di novel ini diceritakan tentang sepasang suami isti yang telah menikah selama 7 tahun namun belum dikaruniakan momongan dan ternyata si kakang (suami) dinyatakan infertil, they fight to save their commitment :)
saya pun berpikir, ternyata sesulit itu ya komitmen, dalam hal kita mencintainya saat ini karena paras nya, in case dia kecelakaan dan mengakibatkan parasnya tidak setampan/secantik dulu..apakah kita siap menerima nya? apakah kita siap untuk menjalani hari2 dengan terus mencintai dan melayaninya?

saya memang belum menikah, karena itu saya sedang belajar untuk bagaimana nantinya apabila saya menikah dan membuat komitmen jangka panjang dengan pasangan saya yang pastinya akan memiliki banyak konsekuensi dan menuntut perjuangan yang tidak sedikit.
karena pernikahan itu adalah komitmen seumur hidup.
seorang pernah berkata kepada saya,
"saya sudah berkomitmen penuh sama kamu, jadi kamu tidak perlu khawatir dan berfikiran aneh2 tentang saya, tujuan saya itu kamu" :)
apakah saya percaya? saya terharu, saya pun memberanikan diri untuk berkomitmen padanya, terbukti sampai saat ini berbagai hal berat berhasil kami lewati, saya tinggal menunggu pernyataan komitmen dia mengenai saya terhadap Tuhan (re: Ijab kabul)..hehehe

segala sesuatu butuh komitmen, seperti saya yang saat ini melanjutkan profesi psikolog, saya pun berkomiten dengan diri saya sendiri dan orangtua bahwa saya harus benar-benar serius mengikutinya. Berat? memang..
seorang yang suka late dalam bangun pagi pasti pernah berkomitmen dengan diri sendiri supaya bisa bangun lebih cepat. Berat? pastinya..
seorang yang pernah sakit pasti diharuskan berkomitmen untuk menjaga makanan yang diasupnya merupakan makanan yang sehat. Berat? tentu saja..
tidak ada yang mudah apabila kita mencoba untuk berkomitmen, ntah dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan Tuhan.

dalam hal percintaan pun begitu..
kalau sudah berkomitmen serius sudah tidak bisa lagi lirik2 pria tampan atau perempuan2 cantik, bukan tidak bisa sih, namun kita sudah tidak tertarik untuk melirik yang lainnya..
kalau masih lirik2 yaa berarti belum serius berkomitmennya :p
karena itu, dalam cinta harus kedua belah pihaklah yang sama2 berjuang, agar semuanya terasa lebih mudah, tidak berat..
Dear someone out there, saya cinta sama kamu, karena saya memang cinta sama kamu :) 

Cheers,
Fifaa


Senin, 24 September 2012

Tragedi Sepatu

Well..
ini adalah kisah saya pada hari ini, cerita berasal dari sebuah pesanan sepatu flatform yang sampai di rumah saya pada hari sabtu dan langsung membuat saya jatuh cinta.. berikut penampakannya..
Sungguh lucu bukan? hehhe ini sepatu flatform pertama yang saya punya sebagai seorang pecinta wedges..tinggi nya 4cm saja dengan tinggi rata, dalam pikiran saya adalah apabila saya menggunakan sepatu ini sama saja dengan ketika saya menggunakan sepatu flat namun setingi 4cm jadi sepertinya sepatu ini oke buat dijadikan teman jalan..

Hari ini saya memutuskan untuk memakai sepatu ini untuk pergi kuliah, saya pun mencari baju berwarna tosca pula untuk disandingkan dengan sepatu ini..maklum lah miss (sok) matching..hahha sejak pagi hari saya mematut2 diri di depan cermin dan sepatu ini (semakin) terlihat cantik di kaki saya, saya pun semakin PD untuk berangkat kuliah, namun dari situlah tragedi bermula..

Baru seperempat perjalanan kaki saya lecet saudara2..hiks, yang pertama kaki kiri saya.. beruntung tersisa 1 buah hansaplast di tas dan langsung saya gunakan. Saya fikir selesai sudah sampai disitu, ternyata ketika tiba di kampus kaki kanan saya ikutan lecet dan sudah tidak ada lagi hansaplast yang dapat saya gunakan.. 
Sepanjang hari saya merasakan ngilu yang luar biasa akibat kaki saya yang tergesek2 dengan bahan sepatu.. Tadinya saya berniat untuk menginjak bagian belakang sepatu saya itu, namun saya urungkan mengingat sepatu ini baru, sungguh disayangkan kalau sepatu masih baru namun sudah saya bully.. 
Demi memakai sepatu yang menurut saya cantik di kaki saya, saya harus rela berlecet-lecet ria, sampai tadi saya BBM ibu saya ketika perjalanan pulang dari kampus..
Saya (S): Mi..kaki kakak lecet..huhu sakit banget gabisa jalan..
dengan santainya ibu saya menjawab..
Ibu (I): yaudah, besok2 bawa sendal jepit aja kak..
*gubraaaak..

Kenapa saya suka memakai wedges? karena saya merasa "kurang" tinggi dan dengan memakai wedges menambah kepercayaan diri saya..walaupun kadang terasa sakit setelah seharian memakainya..hahahhha
namun cukup itu saja ko..saya tidak pernah melakukan hal ekstrim (menyakiti diri sendiri) lainnya untuk menambah kepercayaan diri saya..yaa cukup senyum manis saya saja ^__^

*abaikan tulisan saya hari ini..
sedikit aneh, otak saya weird gara2 kuliah tadi (kembali) membahas Pauli, mata menjereng melihat ribuan angka-angka (untuk Pauli akan saya bahas di post selanjutnya)..sudah setahun saya selesai S1..sekarang diajak belajar lagi merasa belum terbiasa mengikuti ritme perkuliahan, ditambah kaki saya yang seharian terasa nyut2 lecet-lecet..hoaaah..
tapi..ini tidak akan menyulutkan niat saya untuk memakai wedges kembali esok hari, namun tentu sajaaa..kali ini dengan wedges favorit saya yang anti lecet, IwearUP..hihi
karena saya percaya, sepatu yang cantik akan membawamu ke tempat yang cantik pula..

Cheers,
fifaa

Minggu, 23 September 2012

Belajar Mendengar


yaaa...
Belajar mendengar, pelajaran pertama yang harus saya terapkan apabila saya ingin menjadi seorang psikolog, belajar mendengar lalu memahami setiap perkataan yang didengarkan..
"oooh dengerin doang, gampang dong!"
Namun bagi saya tidak, sebagai seorang yang sangat talkative rasanya suka gatel kalau ga langsung nimpalin apa yang lagi diomongin oleh seorang dihadapan, mengingat beberapa tahun yang lalu ketika saya masih muda (sekarang pun masih muda ko, 22 years old :p ) hobi saya gosip, bukan ngegosip sih, lebih tepatnya dengerin gosip..dan kalau sudah mendengar gosip rasanya mulut gatel ingin menimpali setiap info yang diberikan..
Seiring berjalannya waktu..hobi itu pun mau tidak mau harus dibuang, mengingat inginnya menambah hal2 positif dalam kehidupan yang saya jalani saat ini :) dan saya tau bagaimana rasanya digosipkan sungguh tak mengenakkan..hahha *curcol

Okaaay, kembali ke soal mendengarkan..
dahulu, ketika saya masih mengenyam bangku S1 saya kira tidak terlalu pentinglah untuk mendengarkan (berkaca pada setiap mata kuliah counseling dimana saya kerjaannya ngobrol mulu, tiap praktek sering ngerasa fake karena cuma angguk2 doang padahal pikiran ntah kemana) namun sekarang saya baru memahami betapa pentingnya mendengarkan bagi seorang (calon) psikolog, maka mulai kemarin sejak dosen saya memberikan materi tentang listening saya memutuskan untuk terus belajar mendengarkan, mendengarkan daaaan mendengarkan..
mungkin sebagai awalan kita bisa belajar untuk mendengarkan cerita dari teman2 terdekat, yang biasanya setiap mendengar curhatan teman dekat yang lagi galau hobi kita nyerocooos aja..sok2 an ngasih masukan dan nasehat panjang lebar, sekarang waktu nya untuk senyum manis dan pasang tampang serius sepanjang teman kita cerita soal kegalauannya.. 

10 kaidah guna menjadi pengamat dan pendengar yang baik (based on my lecture, atau bisa ditemukan dalam buku psikologi populer):
1. Hindari berbicara pada saat mendengarkan
    "okelaah bisa dicoba untuk hal yang satu ini"
2. Jaga perasaan pembicara pada situasi yang nyaman
    "baiklah, saya akan membuat conversation senyaman mungkin.. dengan kopi, lantunan lagu jazz dan mungkin aromatherapi" --> kemudian saya pun tertidur
3. Perlihatkan minat anda untuk mendengarkan dan mengamati
    "saya akan menatap mata klien dengan penuh arti, jangan biarkan tatapan mata saya kosong, dan berikan anggukan dalam beberapa pernyataan yang diceritakan oleh klien"
4. Hilangkanlah segala hal yang mengganggu perhatian
    "saya berjanji akan men-silent kan BBM serta HP saya pada saat conversation daaaan.. jauhkan pria2 tampan seperti Karim Benzema dari hadapan saya karena itu sungguh mengganggu  perhatian saya"
5. Berempatilah kepada pembicara
    "saya akan mencoba menempatkan diri saya atas dirinya"
6. Bersabarlah saat mendengarkan dan mengamati
    "sabaaaar.. anggap saja ini salah satu bentuk ibadah dengan mendengarkan permasalahan orang lain, walaupun lawan bicara bercerita tanpa henti sampai 3 jam"
7. Kontrolah emosi anda
    "ini yang susah bagi saya, karena saya orang yang sangat eksperesif, namun saya akan mencoba  dengan memperlihatkan raut wajah yang datar2 saja"
8. Kurangi sanggahan, kritik, serta reaksi negatif
    "berikanlah hal positif bagi orang lain, jangan pernah berbagi hal negatif..karena semakin banyak hawa negatif yang kamu sebarkan, maka semakin suram juga aura yang kamu hasilkan, trust me"
9. Ajukan pertanyaan yang tepat apabila perlu
   "kalau tidak mengerti ada baiknya ditanyakan, sehingga nantinya dapat memberikan simpulan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh klien"
10. Sampaikan pengulangan, simpulan, dan refleksi
    "ini dia part yang paling penting, setiap klien butuh adanya masukan setelah mereka bercerita,  namun bukan masukan yang terlalu panjang atau terkesan menceramahi, berilah masukan yang tepat pada intinya dan singkat"

contoh yaa.
Klien: Jadi gini mba, pacar saya belum mau membicarakan masa depan nya juga dengan saya..padahal kita sudah pacaran hampir 8 tahun
Pendengar buruk: yailaaah..orang kaya gitu mah tinggalin aja, masih banyak laki2 diluar sana..
Pendengar baik: jadii.. pacar anda belum juga membicarakan masa depan dengan anda?

Pada saat mendengar, kita tidak perlu menimpali panjang lebar.. karena sesungguhnya setiap orang yang bercerita hanya butuh didengarkan.. karena itu diperlukan probing, tanpa kita tanya secara mendetail biasanya mereka akan menceritakan terus lebih mendalam.

lalu, kalau setiap (calon) psikolog harus belajar mendengar, kemana dong mereka harus bercerita dan didengarkan? kan (calon) psikolog juga butuuuh..
maka carilah seseorang yang punya stok sabar yang sebesar samudra dan telinga yang sudi mendengarkan.
Kalau saya sudah menemukan..
Alhamdulillah, ada seseorang yang sudi mendengarkan cerita saya panjang lebar tanpa pernah protes yang menyediakan telinga nya 24 jam untuk saya, terima kasih Mr. Ins :)
Jadi, saya siap menampung dan (belajar) mendengarkan cerita2 dari setiap orang....

Cheers,
fifaa

Why Psychology and Fashion?

Mengawali pembukaan blog yang saya buat saat ini, terbersit dalam pikiran saya untuk memadukan antara psikologi dan fashion..
mengapa?
jawabannya simpel, karena saya seorang pecinta fashion yang kebetulan pada saat ini sedang mendalami bidang psikologi secara lebih mendalam atau lebih seringnya disebut berobat jalan..haha 
berobat jalan saya selama 4 tahun di fakultas psikologi salah satu Universitas Islam negeri dibilangan Ciputat belum membuahkan hasil memuaskan pada diri saya, sehingga saya memutuskan untuk melanjutkan berobat jalan ini ke sebuah Universitas swasta dibilangan salemba, semoga setelah 2 tahun menambah program berobat jalan ini saya berhasil sembuh dan bisa menjadi seorang psikolog handal yang mampu untuk membantu orang lain :)

back to the topic,
blog ini akan berisi mengenai fashion dan psikologi, dua hal yang pada saat ini sedang saya gandrungi..
bisa disatu waktu saya membahas psikologi secara mendalam dan bisa saja dilain waktu saya membahas mengenai fashion tanpa berhenti atau saya bisa mencampur baurkan antara psikologi dan fashion dalam satu artikel :)

apa yang ada dipikiran anda tentang psikologi? pertanyaan yang selalu diajukan oleh dosen yang mengajar saya ketika masih S1, dan jawaban kompak dari kami sekelas adalah..
"ilmu yang mempelajari tentang jiwaaaaaa..."
dan apa yang anda pikirkan tentang fashion? biasanya yang langsung terlintas adalah "gaya"
lalu apa hubungan antara keduanya?
mungkin kalau dipadukan akan dijawab, "jiwa yang bergayaaaa.." hahahha 
nah, soal ini akan dibahas di post selanjutnya, mungkin tidak secara tersirat..namun akan tersurat mendalam diantara setiap artikel yang di posting nantinya..
jadi selamat mempelajari jiwa anda dengan psikologi, dan selamat menunjukkan diri anda dengan fashion..


Cheers,
fifaa